Rabu, 06 Juni 2012

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABLASIO RETINA

Merupakan penyakit mata gawat darurat, penderita mengeluh ada kabut dilapangan pandangnya secara mendadak seperti selubung hitam. Kalau mengenai makula lutea maka visusnya mundur sekali, bila ditanya mungkin ditemukan gejala ada bintik hitam sebelumnya dan penderita miopia tinggi.

Ablasia retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina lepas. Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului oleh terbentuknya robekan atau lubang didalam retina (P.N Oka, 1993), lepasnya lapisan saraf retina dari epitelium. Penyakit ini harus dioperasi, penderita tidak boleh terlalu banyak bergerak dan goyang supaya bagian retina yang sudah lepas, tidak bertambah lepas lagi.

Ada 2 tipe ablasio retina :

  1. Non rhemathogen retina detachmen :

a. Malignancy hypertensi

b. Choriodal tumor

c. Chorioditis

d. Retinopati

  1. Rhemathogen retina detachmen :

a. Trauma

b. Degenerasi

c. Kelainan vitreus

Etiologi :

Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma, akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong retina (rhematogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat (non rhegmatogen), atau tarikan jaringan parut pada badan kaca (traksi). Penimbunan eksudat terjadi akibat penyakit koroid, misalnya skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis dan toksemia gravidarum. Jaringan parut pada badan kaca dapat disebabkan DM, proliferatif, trauma, infeksi atau pasca bedah.

Faktor predisposisi :

Mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis,ekstraksi katarak dan retina yang memperlihatkan degenerasi diperifer.

Manifestasi klinis :

Tabir yang menutupi penglihatan dan seperti melihat pijaran api, penglihatan menurun secara bertahap sesuai dengan daerah yang terkena, bila makula yang terkena maka daerah sentral yang terganggu.

Pemeriksaan penunjang :

Pada pemeriksaan Funduskopi terlihat retina yang terangkat berwarna pucat dan adanya retina yang berwarna merah, sering ditemukan pada daerah temporal superior. Bila bola mata bergerak terlihat robekan retina bergoyang, terdapat defek aferen pupil tekanan bola mata rendah. Bila tekanan bila mata meningkat maka terjadi glaukoma neomuskular pada Ablasi yang lama.

Penatalaksanaan :

Menghindari robekan lebih lanjut dengan memperhatikan penyebabnya, seperti :Foto koagulasi laser, krioterapi,retinopexy pneumatic, bila terjadi akibat jaringan parut dilaku kan vitrektomi, scleral buckling atau injeksi gas intraokuler.

Usaha Pre-operatif :

Sedikitnya 5 – 7 hari sebelum operasi, penderita sudah harus masuk rumah sakit, harus tirah baring sempurna (Bedrest total). Kepala dan mata tidak boleh digerakan, mata harus di tutup segera, segala keperluan pen-derita dibantu. Kedua mata ditetesi midriatik sikloplegik seperti: Atropin tetes 1 % jangan menggunakan obat-obat mata dalam bentuk salep mata karena akan menghalangi jalannya operasi (kornea akan keruh akibat salep). Persiapan lainnya sama dengan persiapan operasi katarak, operasi ablasio retina mengguna kan anestesi umum tetapi bila menggunakan anestesi lokal maka 1 jam sebelum operasi diberikan luminal (100 mg) atau largactil (100 mg) IM, kemudian ½ jam sesudahnya diberi pethidine (50 mg) dan phenergan (25 mg) IM.

Usaha Post-operatif :

Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perawatan adalah posisi kepala, per-gerakan mata, obat-obat, lamanya mobilisasi dan pemeriksaan lanjutan (follow –up). Posisi kepala dan badan, arah miringnya kepala, tergantung posisi/keadaan sewaktu operasi yaitu kearah mana punksi cairan subretina dilakukan. Pada robekan yang sangat besar, posisi kepala dan badan dipertahankan sedikitnya 12 hari. Pergerakan mata, bila operasi dilakukan dengan kombinasi cryo atau diathermi koagulasi dengan suatu implant atau scleral buckling, maka kedua mata ditutup selama 48 – 72 jam sedang badan boleh bergerak untuk mencegah pergerakan matanya. Bila hanya menggunakan cryo atau diathermi saja mata ditutup selama 48 jam samapai cairan subretina diabsobsi. Bila robekan belum semua tertutup, maka kedua mata harus ditutup selama 12 – 14 hari, retina menempel kembali dengan kuat pada akhir minggu ketiga setelah operasi, karena itu selama periode 3 minggu itu diberikan instruksi sebagai berikut :

- Jangan membaca.

- Melihat televisi hanya boleh dari jarak 3 meter.

- Mata diusahakan untuk melihat lurus kedepan, bila berkendaran hendaknya mata di tutup.

Obat – obat :

Selama 24 jam post-operasi diberikan obat anti nyeri (analgesik) 3 X 500 mg, bila mual muntah berikan obat anti muntah. Sesudah 24 jam tidak perlu diberikan obat-obat, kecuali bila merasa sakit. Penggantian balut dilakukan setelah 24 jam, saat itu mata ditetesi dengan Atropin tetes steril 1 %. Bila kelopak mata bengkak, diberikan Kortikosteroid lokal disertai babat tindih (druk verban) dan kompres dingin.

Follow Up:

Setelah pulang, penderita kontrol tiap 1 minggu, 3 minggu, 6 minggu kemudian tiap 3, 6 dan 12 bulan. Refraksi stabil setelah 3 bulan pasca bedah. Visus terlihat kemajuannya setelah 1 tahun pasca bedah.

Prognosis :

90 % detachmen retina setelah enam bulan melekat baik tidak akan lepas lagi.

Fokus pengkajian :

- Klien mengeluh ada bayangan hitam bergerak

- Gangguan lapangan pandang

- Melihat bendan bergerak seperti tirai

- Bila mengenai makula visus sentral sangat menurun

- Terjadi secar tiba-tiba/perlahan-lahan

- Pemeriksaan funduskopi, blade, tear, hole

- Diperlukan tindakan pembedahan/operasi.

Diagnosa perawatan Pre-operasi yang mungkin terjadi

Perubahan persepsi sensori melihat berhubungan dengan efek dari lepasnya saraf sensori dari retina.

Tujuan :

Tidak terjadi kehilangan penglihatan yang berlanjut.

Kriteria :

- Klien memahami pentingnya parawatan yang intensif/bedrest total.

- Klien mampu menjelaskan resiko yang akan terjadi sehubungan dengan penyakitnya.

Rencana Intervensi :

INTERVENSI

RASIONAL

Anjurkan klien untuk bedrest total

Agar lapisan saraf yang telepas tidak bertambah parah.

Berikan penjelasan tujuan bedrest total

Agar klien mematuhi dan mengerti maksud pemberian /perlakuan bedrest total.

Hindari pergerakan yang mendadak, meng-

hentakkan kepala,menyisir,batuk,bersin, muntah

Mencegah bertamabh parahnya lapisan saraf retina yang terlepas .

Jaga kebersihan mata

Mencegah terjadinya infeksi,agar mem permudah pemeriksaan dan tindakan operasi.

Berikan obat tetes mata midriatik-sikloplegik dan obat oral sesuai anjuran dokter.

Diharapkan dengan pembnerian obat-obat

Kondisi penglihatan dapat dipertahankan/

Dicegah agar tidak menjadi parah

Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kehilangan penglihatan

Tujuan :

Kecemasan berkurang

Kriteria :

- Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola kopingnya.

- Klien mengerti tentang tujuan perawatan yang diberikan/dilakukan.

- Klien memahami tujuan operasi, pelaksanaan operasi, pasca operasi, prognosisnya (bila dilakukan operasi).

Rencana Intervensi :

INTERVENSI

RASIONAL

Kaji tingkat ansietas : ringan,sedang,berat,panik

Untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat kecemasan klien sehingga memu-dahkan penanganan/pemberian askep se-lanjutnya.

Berikan kenyaman dan ketentraman hati

Agar klien tidak terlalu memikirkan penyakitnya.

Berikan penjelasan mengenai prosedur perawatan,perjalanan penyakit & progno-sisnya.

Agar klien mengetahui/memahami bahwa ia benar sakit dan perlu dirawat.

Berikan/tempatkan alat pemanggil yang mudah dijangkau oleh klien

Agar klien merasa aman dan terlindungi saat memerlukan bantuan.

Gali intervensi yang dapat menurunkan ansietas.

Untuk mengetahui cara mana yang efektif untuk menurunkan/mengurangi ansietas.

Berikan aktivitas yang dapat menurunkan kecemasan/ketegangan.

Agar klien dengan senang hati melakukan aktivitas karena sesuai dengan keinginan-nya dan tidak bertentangan dengan prog-ram perawatan.

Resiko terhadap ketidak efektifan penatalaksanaan program teapeutik yang berhubung-an dengan ketidak cukupan pengetahuan tentang aktivitas yang diperbolehkan dan yang dibatasi, obat-obatan,komplikasi dan perawatan tindak lanjut.

Tujuan :

Klien mampu berintegrasi dengan program terapeutik yang direncanakan/dilakukan untuk pengobatan, akibat dari penyakit dan penurunan situasi berisiko (tidak aman, polusi).

Kriteria :

- Klien mengungkapkan ansietas berkurang tentang ketakutan karena ketidak tahuan, kehilangan kontrol atau kesaahan persepsi.

- menggambarkan proses penyakit, penyebab dan faktor penunjang pada gejala dan aturan untuk penyakit atau kontrol gejala.

- Mengungkapkan maksud/tujuan untuk melakukan perilaku kesehatan yang diperlukan dan keinginan untuk pulih dari penyakit dan pencegahan kekambuhan atau komplikasi.

Rencana Intervensi :

INTERVENSI

RASIONAL

Identifikasi faktor-faktor penyebab yang menghalangi penata laksanaan program terapeutik yg efektif.

Agar diketahui penyebab yg mengha-langi sehingga dpt segera diatasi sesuai prioritas.

Bangun rasa percaya diri.

Agar klien mampu melakukan aktifitas sendiri/dengan bantuan orang lain tanpa mengganggu program perawatan.

Tingkatkan rasa percaya diri dan kemampuan diri klien yang positif.

Agar klien mampu dan mau melakukan/ melaksanakan program perawatan yang dianjurkan tanpa mengurangi peran ser-tanya dalam pengobatan/ perawatan diri-nya.

Jelaskan dan bicarakan: proses penyakit, aturan pengobatan/perawatan,efek sam-ping prognosis penyakitnya.

Klien mengerti dan menyadari bahwa penyakitnya memerlukan suatu tindakan & perlakuan yang tidak menyenangkan.

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Newer Post Older Post ►