Rabu, 06 Juni 2012

Asuhan Keperawatan Tumor

BAB I

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Menurut Reksoprodjo (1996) tumor (neoplasma) didefinisikan sebagai penyakit pertumbuhan sel-sel baru yang tidak terbatas, tidak ada koordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi fisiologisnya. Senada dengan pendapat di atas, Tjarta (1991) mengemukakan neoplasma adalah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh terus-menerus secara tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berguna bagi tubuh.

Ahli lain berpendapat bahwa tumor adalah massa abnormal dari sel-sel yang mengalami proliferasi (Price, et. all, cit.Abrams, 1995). Pengertian lain tumor adalah pembengkakan yang disebabkan oleh macam-macam kondisi, seperti karena inflamasi atau kuman (Long, cit.Zack, et. all, 1996).

Sedangkan menurut Willis (1995) menyatakan bahwa neoplasma adalah massa jaringan abnormal dengan pertumbuhan berlebihan dan tidak ada koordinasi dengan pertumbuhan jaringan normal, dan tetap tumbuh dengan cara berlebihan setelah stimulus yang menimbulkan perubahan tersebut berhenti.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa tumor adalah penyakit pertumbuhan sel-sel baru yang abnormal, tumbuh secara terus-menerus membentuk massa jaringan yang disebabkan oleh inflamasi atau trauma, serta stimulus yang mengakibatkan pertumbuhan jaringan yang terkondisi atau tidak terkondisi.

B. Penyebab

Menurut Sukardjo (2000) penyakit tumor disebabkan oleh banyak faktor. Adapun faktor yang dapat menyebabkan timbulnya tumor adalah:

1. Kelainan kongenital atau konstitusi genetika.

Konstitusi genetika dapat berupa kerusakan:

a. Struktural

b. Fungsional

c. Sistem kerja

Kerusakan struktural ialah karena konstitusi gen itu rusak. Kerusakan fungsi ialah kerusakan fungsi atau sistem kerjanya dan ini menentukan kemampuan tumbuh untuk:

1) Menetralisasi karsinogen yang masuk ke dalam tubuh

2) Mereparasi kerusakan gen dalam chromosom

3) Menjaga imunitas tubuh

4) Mematikan sel kanker yang baru terbentuk.

Adanya kerusakan konginetal ini menentukan apakah seseorang itu mempunyai tidak bakat atau mudah/ sukar mendapat kanker.

2. Karsinogen

Di dalam alam banyak terdapat karsinogen, yaitu zat atau bahan yang dapat menimbulkan tumor/ kanker. Ada beberapa macam karsinogen, yaitu:

a. Karsinogen Kimiawi

Pada saat ini telah ditemukan lebih dari 2000 jenis karsinogen yang berupa zat kimia sehingga dapat dikatakan hampir tidak ada orang yang bebas dari karsinogen. Karsinogen kimiawi dapat berupa:

1) Karsinogen alami

Banyak sekali karsinogen yang ditemukan di alam bebas seperti:

a) Bahan organik

(1) Aflatoxin

Terdapat pada biji kacang-kacangan yang ditumbuhi jamur aspergillus flamus, alfatoxin itu dapat menimbulkan tumor ganas.

(2) Cycasin dari biji cycad

(3) Safide dari akar sassafras

(4) Alkaloida dari golden raqwant

(5) Nitrosamin dalam berbagai makanan dan minuman

b) Anorganik

(1) Berryllium

(2) Cadmium

(3) Plumbum

(4) Chromium

(5) Arsenikum

(6) Asbes

(7) Radium

2) Karsinogen buatan manusia

Karsinogen buatan manusia digunakan untuk:

a) Bahan industri di pabrik-pabrik seperti:

(1) Arang dan tir

(2) Cat

(3) Petrokimia

(4) Tekstil

(5) Karet

(6) Kulit

(7) Plastik

(8) Kayu

b) Obat-obatan

(1) Arsen

(2) Chlornaphazine

(3) Immunosupresif

(4) Kontrasepsi

c) Pestisida

Karsinogen kimiawi dapat digolongkan dalam 3 golongan:

1) Direct acting carcinogen

Bahan ini sangat aktif dan secara langsung dapat menimbulkan kanker/ tumor. Contoh : gas mustard, melphalan, dan lain sebagainya.

2) Pro carcinogen

Bahan ini tidak secara langsung dapat menimbulkan tumor/ kanker, bahan ini melalui proses metabolisasi dulu oleh enzim-enzim tubuh. Contoh : nitroramin.

3) Co carcinogen

Bahan ini tidak atau hanya sedikit sekali mempunyai aktivitas karsinogenesis

Tetapi dalam memperbesar reaktivitas direct carcinogen atau pro carcinogen. Contoh: minyak kroton

Dalam kehidupan sehari-hari banyak dijumpai karsinogen seperti yang terdapat dalam:

1) Tir atau jelaga

Hasil pembakaran zat biologi seperti kayu, arang, minyak, tembakau, rokok, ikan, daging dan lain sebagainya.

2) Asap rokok

Asap rokok mengandung gas partikel padat:

a) Dalam gas asap rokok terdapat zat yang beracun dan karsinogen, seperti karbondioksida, karbonmonoksida, amnion, hydrozine, venyl clorida, nitrotamin, dan lain sebagainya.

b) Dalam partikel padat terdapat banyak karsinogen seperti:

(1) Polyciclic aromatic hydrocarbon

(2) Aromatic amine

b. Sinar inonisasi

Sinar yang dapat mengadakan ionisasi air dan elektrolit dalam jaringan ialah sinar X atau sinar rÖntgen dan sinar- UV (Ultraviolet). Dengan adanya ionisasi air dan elektrolit dalam jaringan, akan tindakan desintegrasi sel dan bila disentegrasi loerat sel akan mati.

Karena radiasi mungkin timbul malformasi sel, gangguan mitosis, mutasi gen. Ini semua dapat mengakibatkan timbulnya pembentukan sel yang tak terkontrol.

c. Virus

Ada 3 janis virus yang dapat menimbulkan tumor yaitu virus DNA(De-oksi Ribonucleac Acid), RNA(Ribo Nucleac Acid) dan Restroid.

1) Virus De-oksi Ribonucleac Acid

Dan bermacam-macam virus De-oksi Ribonucleac Acid, seperti:

a) Virus papava

b) Virus edemona

c) Virus herpes

d) Virus hepatitis B

2) Virus Ribo Nucleic Acid.

Virus Ribo Nucleic Acid dapat digolongkan menjadi 3 tipe, yaitu A, B dan C tergantung morvologinya yang tampak pada mikroskop elektron.

a) Virus Tipe A

b) Virus Tipe B, Virus tumor mamae

c) Virus Tipe C, Virus sarkoma dan leukimia

3) Virus rektroid (Virus sektropspokon).

d. Hormon

Hormon menimbulkan hanya pada beberapa organ saja, yaitu payudara, uterus, dan prostat.

e. Iritasi kronik

Mekanisme karsinogenesis pada kasus ini belum jelas. Virshow kali pertama mengajukan hipotesa bahwa penyebab kanker ada iritasi kronik.

3. Lingkungan hidup

Lingkungan hidup mencakup smua keadaan di daerah tempat hidup kita baik alamiah maupun biologi:

a. Pekerjaan

Risiko tinggi mendapat kanker pada pekerja-pekerja berikut:

1) Laboraturium radiologi

2) Tambang-tambang, batu bara, minyak tanah

3) Industri-industri: kayu, nikel, chrom, sepatu, cat pertokimia, plastik, karet, asbes, dan sebagainya.

4) Nelayan dan petani.

b. Tempat tinggal

Misalnya hidup pada daerah yang banyak mengandung:

1) Radium

2) Arsen

3) Nikel

4) Ahrom

5) Asbes

c. Gaya hidup (Live Style)

Gaya hidup yang mempengaruhi timbulnya tumor, karena gaya hidup itu menentukan banyak, lama dan seringnya kontak dengan karsinogen.

1) Nutrisi

a) Makanan yang menambah risiko mandapat kanker atau tumor:

(1) Lemak tinggi

(2) Protein hewani tinggi

(3) Alkohol

(4) Makanan asin, diasap, dipanggang

(5) Nitrate dan pengawet makanan nitrite

(6) Kalori tinggi.

b) Makanan yang mengurangi risiko mandapat kanker

(1) Makanan yang berserat banyak

(2) Sayuran, buah-buahan, bijian

Mengandung indole, seperti kubis, caulim floves yang mengurangi risiko mendapat kanker colon tetapi mungkin menambah kanker lambung.

(3) Kacang-kacangan terutama kedelai.

2) Minuman keras

Mengandung alkohol menambah risiko mendapat kanker atau tumor.

3) Merokok

Rokok yang dibuat dari daun tembakau banyak sekali mengandung karsinogen.

4) Menginang

5) Terik sinar matahari

6) Kawin muda

7) Sirkumsisi

Sirkumsisi menghilangkan smegma dan ini mengurangi kemungkinan mendapat kanker penis.


C. Pathways

D. Pengkajian Fokus

Pada post operasi exisi tumor pada pipi. Menurut Doenges (2000), pengkajian fokus pada klien dengan exisi tumor pada pipi (pasca operasi) adalah:

1. Integritas ego

Gejala : takut terhadap hasil/ penampilan

Tanda : peningkatan ketegangan, rangsangan simpatis.

2. Makanan/ cairan

Gejala : membran mukosa kering.

Tanda : anoreksia, mual/ muntah, tidak toleran terhadap makanan (karena adanya obat).

3. Neurosensori

Gejala : kesemutan, parestesia wajah.

Tanda : gerakan mata tak sama

4. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : ketidaknyamanan/ nyeri wajah

Tanda : melindungi area yang sehat, perubahan tonus otot wajah, tegangan otot umum.

5. Pernapasan

Tanda : takipnea, dangkal, cepat atau pernapasan keras, pengaruh terhadap efek anestesi pada tonus otot jalan napas adanya benda asing, contoh: lendir, muntah.

6. Keamanan

Gejala : luka, insisi pada pipi.

7. Penyuluhan/ Pembelajaran

Gejala : riwayat keluarga/ pribadi: tumor/ kanker atau pembentukan keloid.

Rencana pemulangan:

Dapat memerlukan bantuan dalam persiapan makan atau pemasukan diit

Membutuhkan bantuan dalam pengobatan/ rehabilitasi keputusan, aktivitas perawatan diri, pemeliharaan di rumah.

E. Fokus Intervensi

1. Risiko tinggi terhadap bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan trauma pada jaringan lunak/ jalan napas, cedera atau bedah. (Doenges, 2000).

Tujuan : mempertahankan bersihan jalan napas yang efektif.

Kriteria : mempertahankan/ meningkatkan patensi jalan napas dengan pola pernapasan normal, bunyi napas jelas, tidak bising dan aspirasi dicegah.

Rencana intervensi:

a. Observasi frekuensi/ irama pernapasan. Perhatikan penggunaan otot aksesori, pernapasan cuping hidung, serak, stridor.

b. Awasi tanda vital dan perubahan mental

c. Auskultasi bunyi jalan napas

d. Berikan kantung es untuk area operasi sesuai indikasi

e. Berikan pelembaban udara atau O2

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penggantian tidak cukup, demam (Doenges, 2000).

Tujuan : mempertahankan hidrasi adequat.

Kriteria : membran mukosa lembab, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, tanda vital stabil, haluaran urine adequat.

Rencana intervensi:

a. Pantau tanda-tanda vital, takipnea, dan ketakutan, perhatikan peningkatan nadi, perubahan tekanan darah proikteral.

b. Palpasi nadi perifer, evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status membran mukosa.

c. Pantau masukan dan keluaran (mencakup semua sumber, misalnya emesis, selang)

d. Observasi/ catat kuantitas, jumlah dan karakter drainage Nasogastrik. Anjurkan dan bantu dengan perubahan posisi sering.

e. Kolaborasi pemberian cairan, darah, albumin, elektrolit sesuai indikasi.

3. Nyeri berhubungan dengan insisi bedah, distensi abdomen, selang Nasogastrik/ usus (Doenges, 2000).

Tujuan : melaporkan nyeri hilang/ terkontrol

Rencana intervensi:

a. Selidiki keluhan nyeri/ perhatikan lokasi, intensitas (Skala 0 – 10) dan faktor pemberat/ penghilang.

b. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri segera saat timbul

c. Anjurkan bernapas melalui hidung pengganti mulut

d. Kolaborasi untuk pemberian analgetik

e. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.

Misal: mendengarkan musik

Kriteria: tampak rileks, mampu beristirahat/ tidur dengan tepat.

4. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan pertahanan, misal prosedur invasif (Doenges, 2000).

Tujuan : pemulihan luka tepat waktu

Kriteria : tidak ada tanda infeksi/ peradangan

Rencana intervensi:

a. Pantau tanda vital, perhatikan peningkatan suhu.

b. Pertahankan perawatan luka aseptik. Pertahankan balutan kering

c. Gunakan bebat Montogomercy untuk mengamankan balutan bila diindikasikan.

d. Berikan obat-obatan sesuai indikasi, antibiotik, misal cefazoline (Ancel).

e. Lakukan irigasi luka sesuai kebutuhan.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status puasa pasca operasi (Doenges, 2000)

Tujuan : mendemostrasikan pemeliharaan/ kemajuan penambahan berat badan yang diinginkan.

Kriteria : normalisasi nilai laboratorium dan tidak ada tanda-tanda malnutrisi.

Rencana intervensi:

a. Tinjau faktor-faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna makanan.

b. Kolaborasi

1) Pertahankan diet penuh sesuai toleransi setelah makan Nasogastrik dilepas.

2) Konsul dengan ahli diit, tim pendukung nutrisi. Berikan nutrisi enteral/ parenteral sesuai indikasi.

3) Berikan cairan, tingkatkan ke cairan jernih konsumsi ulang cairan dan diit penuh untuk mengembalikan fungsi usus normal.

6. Kerusakan integritas kulit berhubungan insisi bedah dan perubahan status nutrisi (Doenges, 2000)

Tujuan : mencapai pemulihan luka tepat waktu

Kriteria : tanpa komplikasi

Rencana intervensi:

a. Pantau tanda vital dengan sering, perhatikan demam, takipnea, takikardia, dan gemetar. Periksa luka dengan sering terhadap bengkak insisi berlebihan, inflamasi drainage.

b. Berikan pengikat/ penyokong untuk lansia.

c. Gunakan plester kertas/ bebat motgomer untuk balutan sesuai indikasi.

d. Pertahankan sikap tenang, tinggal dengan pasien, beritahu dokter

e. Pertahankan pasien pada tirah baring total, posisi dengan lutut tertekuk.

7. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya pemasangan alat-alat eksternal (Long, 1994)

Tujuan : klien tidak mengalami keterlambatan gerak fisik

Kriteria : memperlihatkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas, melaporkan adanya peningkatan mobilitas, menggunakan tindakan pengaman untuk meminimalkan kemungkinan terhadap edema, rentang gerak, batasan gerak normal.

Rencana intervensi:

a. Anjurkan individu untuk menceritakan perasaan dari ketakutan-ketakutannya mengenai pembatasan gerak.

b. Posisi individu dalam kelurusan

c. Lakukan mobilisasi progresif

d. Anjurkan individu untuk mengenakan pakaian sendiri

e. Berikan kesempatan pada individu untuk mengontrol keputusan-keputusannya.

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Newer Post Older Post ►