Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a.         Gas
b.         Cairan
c.         Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
Fase Luka Bakar
A.       Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. 
B.       Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1.         Proses inflamasi dan infeksi.
2.         Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3.         Keadaan hipermetabolisme.
C.       Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Klasifikasi Luka Bakar
A.       Dalamnya luka bakar.
|    Kedalaman  |      Penyebab  |      Penampilan  |      Warna  |      Perasaan  |  
|    Ketebalan partial superfisial (tingkat I)  |      Jilatan api, sinar ultra violet   (terbakar oleh matahari).  |      Kering tidak ada gelembung. Oedem minimal atau tidak ada. Pucat bila ditekan dengan ujung   jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.  |      Bertambah merah.  |      Nyeri  |  
|    Lebih dalam dari ketebalan   partial (tingkat II) -      Superfisial -      Dalam  |      Kontak dengan bahan air atau   bahan padat. Jilatan api kepada pakaian. Jilatan langsung kimiawi. Sinar ultra violet.  |      Blister besar dan lembab yang   ukurannya bertambah besar. Pucat bial ditekan dengan ujung   jari, bila tekanan dilepas berisi kembali.  |      Berbintik-bintik yang kurang   jelas, putih, coklat, pink, daerah merah coklat.  |      Sangat nyeri  |  
|    Ketebalan sepenuhnya (tingkat III)  |      Kontak dengan bahan cair atau   padat. Nyala api. Kimia. Kontak dengan arus listrik.  |      Kering disertai kulit   mengelupas. Pembuluh darah seperti arang   terlihat dibawah kulit yang mengelupas. Gelembung jarang, dindingnya   sangat tipis, tidak membesar. Tidak pucat bila ditekan.  |      Putih, kering, hitam, coklat tua. Hitam. Merah.  |      Tidak sakit, sedikit sakit. Rambut mudah lepas bila   dicabut.  |  
B.       Luas luka bakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atua rule of wallace yaitu:
1)   Kepala dan leher                                            : 9%
2)   Lengan masing-masing 9%                            : 18%
3)   Badan depan 18%, badan belakang 18%      : 36%
4)   Tungkai maisng-masing 18%             : 36%
5)   Genetalia/perineum                                        : 1%
Total    : 100%
C.       Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
1)      Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2)      Kedalaman luka bakar.
3)      Anatomi lokasi luka bakar.
4)      Umur klien.
5)      Riwayat pengobatan yang lalu.
6)      Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American college of surgeon membagi dalam:
A.       Parah – critical:
a)         Tingkat II          : 30% atau lebih.
b)        Tingkat III         : 10% atau lebih.
c)         Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d)        Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung, fractura, soft tissue yang luas.
B.       Sedang – moderate:
a) Tingkat II                      : 15 – 30%
b) Tingkat III                    : 1 – 10%
C.       Ringan – minor:
a) Tingkat II                      : kurang 15%
b) Tingkat III                    : kurang 1%
 Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar
|    Perubahan  |      Tingkatan   hipovolemik ( s/d 48-72   jam pertama)  |      Tingkatan   diuretik (12 jam –   18/24 jam pertama)  |  ||
|    Mekanisme  |      Dampak dari  |      Mekanisme  |      Dampak dari  |  |
|    Pergeseran cairan ekstraseluler.  |      Vaskuler ke insterstitial.  |      Hemokonsentrasi oedem pada   lokasi luka bakar.  |      Interstitial ke vaskuler.  |      Hemodilusi.  |  
|    Fungsi renal.  |      Aliran darah renal berkurang   karena desakan darah turun dan CO berkurang.  |      Oliguri.  |      Peningkatan aliran darah renal   karena desakan darah meningkat.  |      Diuresis.  |  
|    Kadar sodium/natrium.  |      Na+ direabsorbsi   oleh ginjal, tapi kehilangan Na+ melalui eksudat dan tertahan   dalam cairan oedem.  |      Defisit sodium.  |      Kehilangan Na+  melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu).  |      Defisit sodium.  |  
|    Kadar potassium.  |      K+ dilepas sebagai   akibat cidera jarinagn sel-sel darah merah, K+ berkurang ekskresi   karena fungsi renal berkurang.  |      Hiperkalemi  |      K+ bergerak kembali   ke dalam sel, K+ terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah   luka bakar).  |      Hipokalemi.  |  
|    Kadar protein.  |      Kehilangan protein ke dalam   jaringan akibat kenaikan permeabilitas.  |      Hipoproteinemia.  |      Kehilangan protein waktu   berlangsung terus katabolisme.  |      Hipoproteinemia.  |  
|    Keseimbangan nitrogen.  |      Katabolisme jaringan,   kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak kehilangan dari masukan.  |      Keseimbangan nitrogen negatif.  |      Katabolisme jaringan,   kehilangan protein, immobilitas.  |      Keseimbangan nitrogen negatif.  |  
|    Keseimbnagan asam basa.  |      Metabolisme anaerob karena   perfusi jarinagn berkurang peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal   berkurang (menyebabkan retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas   serum.  |      Asidosis metabolik.  |      Kehilangan sodium bicarbonas   melalui diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan produk akhir   metabolisme.  |      Asidosis metabolik.  |  
|    Respon stres.  |      Terjadi karena trauma,   peningkatan produksi cortison.  |      Aliran darah renal berkurang.  |      Terjadi karena sifat cidera   berlangsung lama dan terancam psikologi pribadi.  |      Stres karena luka.  |  
|    Eritrosit  |      Terjadi karena panas, pecah   menjadi fragil.  |      Luka bakar termal.  |      Tidak terjadi pada hari-hari   pertama.  |      Hemokonsentrasi.  |  
|    Lambung.  |      Curling ulcer (ulkus pada   gaster), perdarahan lambung, nyeri.  |      Rangsangan central di   hipotalamus dan peingkatan jumlah cortison.  |      Akut dilatasi dan paralise   usus.  |      Peningkatan jumlah cortison.  |  
|    Jantung.  |      MDF meningkat 2x lipat,   merupakan glikoprotein yang toxic yang dihasilkan oleh kulit yang terbakar.  |      Disfungsi jantung.  |      Peningkatan zat MDF (miokard depresant factor)   sampai 26 unit, bertanggung jawab terhadap syok spetic.  |      CO menurun.  |  
Indikasi Rawat Inap Luka Bakar
A.       Luka bakar grade II:
1)        Dewasa > 20%
2)        Anak/orang tua > 15%
B.       Luka bakar grade III.
C.       Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
Penatalaksanaan
A.       Resusitasi A, B, C.
1)        Pernafasan:
a)         Udara panas à mukosa rusak à oedem à obstruksi.
b)        Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin à iritasi à Bronkhokontriksi à obstruksi à gagal nafas.
2)        Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler àhipovolemi relatif à syok à ATN à gagal ginjal.
B.       Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
C.       Resusitasi cairan  à  Baxter.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun   : BB x 100 cc
1 – 3 tahun      : BB x 75 cc
3 – 5 tahun      : BB x 50 cc
½ àdiberikan  8 jam pertama
½ àdiberikan  16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa           : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) à 1 cc/mnt.
Anak               : Diberi sesuai kebutuhan faal.
D.       Monitor urine dan CVP.
E.        Topikal dan tutup luka
-            Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
-            Tulle.
-            Silver sulfa diazin tebal.
-            Tutup kassa tebal.
-            Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
F.        Obat – obatan:
o    Antibiotika   : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
o    Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil kultur.
o    Analgetik     : kuat (morfin, petidine)
o    Antasida       : kalau perlu
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.         Pengkajian
a)            Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b)    Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c)         Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d)        Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e)         Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f)         Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g)        Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h)        Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
i)          Keamanan:
Tanda: 
Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
j)          Pemeriksaan diagnostik:
(1)      LED: mengkaji hemokonsentrasi.
(2)      Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
(3)      Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada  cedera inhalasi asap.
(4)      BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
(5)      Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
(6)      Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
(7)      Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.
(8)      Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2.   Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1     Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.
2     Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan denganKehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.
3     Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
4     Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5     Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6     Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.
7     Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.
8     Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9     Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).
10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.
Rencana Intervensi 
|    Diagnosa   Keperawatan  |      Rencana   Keperawatan  |  ||
|    Tujuan dan   Kriteria Hasil  |      Intervensi  |      Rasional  |  |
|    Resiko bersihan jalan nafas   tidak efektif berhubungan dengan    obstruksi trakheobronkhial; oedema mukosa; kompressi jalan nafas .  |      Bersihan jalan nafas tetap   efektif. Kriteria Hasil : Bunyi nafas   vesikuler, RR dalam batas normal, bebas dispnoe/cyanosis.  |      Kaji   refleks gangguan/menelan; perhatikan pengaliran air liur, ketidakmampuan   menelan, serak, batuk mengi. Awasi   frekuensi, irama, kedalaman pernafasan ; perhatikan adanya pucat/sianosis dan   sputum mengandung karbon atau merah muda. Auskultasi   paru, perhatikan stridor, mengi/gemericik, penurunan bunyi nafas, batuk   rejan. Perhatikan   adanya pucat atau warna buah ceri merah pada kulit yang cidera Tinggikan   kepala tempat tidur. Hindari penggunaan bantal di bawah kepala, sesuai   indikasi Dorong   batuk/latihan nafas dalam dan perubahan posisi sering. Hisapan   (bila perlu) pada perawatan ekstrem, pertahankan teknik steril. Tingkatkan   istirahat suara tetapi kaji kemampuan untuk bicara dan/atau menelan sekret   oral secara periodik. Selidiki   perubahan perilaku/mental contoh gelisah, agitasi, kacau mental. Awasi 24   jam keseimbngan cairan, perhatikan variasi/perubahan. Lakukan program kolaborasi   meliputi : Berikan   pelembab O2 melalui cara yang tepat, contoh masker wajah Awasi/gambaran   seri GDA Kaji   ulang seri rontgen Berikan/bantu   fisioterapi dada/spirometri intensif. Siapkan/bantu   intubasi atau trakeostomi sesuai indikasi.  |      Dugaan   cedera inhalasi Takipnea,   penggunaan otot bantu, sianosis dan perubahan sputum menunjukkan terjadi   distress pernafasan/edema paru dan kebutuhan intervensi medik. Obstruksi   jalan nafas/distres pernafasan dapat terjadi sangat cepat atau lambat contoh   sampai 48 jam setelah terbakar. Dugaan   adanya hipoksemia atau karbon monoksida. Meningkatkan   ekspansi paru optimal/fungsi pernafasan. Bilakepala/leher terbakar, bantal   dapat menghambat pernafasan, menyebabkan nekrosis pada kartilago telinga yang   terbakar dan meningkatkan konstriktur leher. Meningkatkan   ekspansi paru, memobilisasi dan drainase sekret. Membantu   mempertahankan jalan nafas bersih, tetapi harus dilakukan kewaspadaan karena   edema mukosa dan inflamasi. Teknik steril menurunkan risiko infeksi. Peningkatan   sekret/penurunan kemampuan untuk menelan menunjukkan peningkatan edema   trakeal dan dapat mengindikasikan kebutuhan untuk intubasi. Meskipun   sering berhubungan dengan nyeri, perubahan kesadaran dapat menunjukkan   terjadinya/memburuknya hipoksia. Perpindahan   cairan atau kelebihan penggantian cairan meningkatkan risiko edema paru. Catatan  : Cedera inhalasi meningkatkan kebutuhan cairan sebanyak 35% atau lebih   karena edema. O2  memperbaiki hipoksemia/asidosis. Pelembaban menurunkan pengeringan saluran   pernafasan dan menurunkan viskositas sputum. Data   dasar penting untuk pengkajian lanjut status pernafasan dan pedoman untuk   pengobatan. PaO2 kurang dari 50, PaCO2 lebih besar dari   50 dan penurunan pH menunjukkan inhalasi asap dan terjadinya pneumonia/SDPD. Perubahan   menunjukkan atelektasis/edema paru tak dapat terjadi selama 2 – 3 hari   setelah terbakar Fisioterapi   dada mengalirkan area dependen paru, sementara spirometri intensif dilakukan   untuk memperbaiki ekspansi paru, sehingga meningkatkan fungsi pernafasan dan   menurunkan atelektasis. Intubasi/dukungan   mekanikal dibutuhkan bila jalan nafas edema atau luka bakar mempengaruhi   fungsi paru/oksegenasi.  |  
|    Resiko tinggi kekurangan volume   cairan berhubungan dengan  Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak   cukupan pemasukan. Kehilangan perdarahan.  |      Pasien dapat mendemostrasikan   status cairan dan biokimia membaik. Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi   dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran   urine di atas 30 ml/jam.  |      Awasi tanda vital, CVP.   Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer. Awasi pengeluaran urine dan   berat jenisnya. Observasi warna urine dan hemates sesuai indikasi. Perkirakan drainase luka dan   kehilangan yang tampak Timbang berat badan setiap hari Ukur lingkar ekstremitas yang   terbakar tiap hari sesuai indikasi Selidiki perubahan mental Observasi distensi abdomen,hematomesis,feces hitam. Hemates drainase NG dan feces   secara periodik. Lakukan program kolaborasi   meliputi : Pasang / pertahankan kateter   urine Pasang/  pertahankan ukuran kateter IV. Berikan penggantian cairan IV   yang dihitung, elektrolit, plasma, albumin. Awasi hasil pemeriksaan   laboratorium ( Hb, elektrolit, natrium ). Berikan obat sesuai idikasi : -        Diuretika contohnya Manitol (Osmitrol) -        Kalium -        Antasida Pantau: -        Tanda-tanda vital setiap jam selama   periode darurat, setiap 2 jam selama periode akut, dan setiap 4 jam selama periode   rehabilitasi. -        Warna urine. -        Masukan dan haluaran setiap jam selama   periode darurat, setiap 4 jam selama periode akut, setiap 8 jam selama   periode rehabilitasi. -        Hasil-hasil JDL dan laporan   elektrolit. -        Berat badan setiap hari. -        CVP (tekanan vena sentral) setiap jam   bial diperlukan. -        Status umum setiap 8 jam. Pada penerimaan rumah sakit,   lepaskan semua pakaian dan perhiasan dari area luka bakar. Mulai terapi IV yang ditentukan   dengan jarum lubang besar (18G), lebih disukai melalui kulit yang telah   terluka bakar. Bila pasien menaglami luka bakar luas dan menunjukkan   gejala-gejala syok hipovolemik, bantu dokter dengan pemasangan kateter vena   sentral untuk pemantauan CVP. Beritahu dokter bila: haluaran   urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, CVP < 6 mmHg, bikarbonat serum di   bawah rentang normal, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau   encer gelap. Konsultasi doketr bila   manifestasi kelebihan cairan terjadi. Tes guaiak muntahan warna kopi   atau feses ter hitam. Laporkan temuan-temuan positif. Berikan antasida yag diresepkan   atau antagonis reseptor histamin seperti simetidin  |      Memberikan pedoman untuk   penggantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler. Penggantian cairan dititrasi   untuk meyakinkan rata-2 pengeluaran urine 30-50 cc/jam pada orang dewasa.   Urine berwarna merah pada kerusakan otot masif karena adanyadarah dan   keluarnya mioglobin. Peningkatan permeabilitas   kapiler, perpindahan protein, proses inflamasi dan kehilangan cairan melalui   evaporasi mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran urine. Penggantian cairan tergantung   pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya Memperkirakan luasnya   oedema/perpindahan cairan yang mempengaruhi volume sirkulasi dan pengeluaran   urine. Penyimpangan pada tingkat   kesadaran dapat mengindikasikan ketidak adequatnya volume sirkulasi/penurunan   perfusi serebral Stres (Curling) ulcus terjadi   pada setengah dari semua pasien yang luka bakar berat(dapat terjadi pada awal   minggu pertama). Observasi ketat fungsi ginjal   dan mencegah stasis atau refleks urine. Memungkinkan infus cairan   cepat. Resusitasi cairan menggantikan   kehilangan cairan/elektrolit dan membantu mencegah komplikasi. Mengidentifikasi kehilangan   darah/kerusakan SDM dan kebutuhan penggantian    cairan dan elektrolit. Meningkatkan pengeluaran urine   dan membersihkan tubulus dari debris /mencegah nekrosis. Penggantian lanjut karena   kehilangan urine dalam jumlah besar Menurunkan keasaman gastrik   sedangkan inhibitor histamin menurunkan produksi asam hidroklorida untuk   menurunkan produksi asam hidroklorida untuk menurunkan iritasi gaster. Mengidentifikasi penyimpangan   indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Periode   darurat (awal 48 jam pasca luka bakar) adalah periode kritis yang ditandai   oleh hipovolemia yang mencetuskan individu pada perfusi ginjal dan jarinagn   tak adekuat. Inspeksi adekuat dari luka   bakar. Penggantian cairan cepat penting untuk mencegah gagal   ginjal. Kehilangan cairan bermakna terjadi melalui jarinagn   yang terbakar dengan luka bakar luas. Pengukuran tekanan vena sentral   memberikan data tentang status volume cairan intravaskular. Temuan-temuan ini mennadakan   hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan. Pada lka bakar luas, perpindahan   cairan dari ruang intravaskular ke ruang interstitial menimbukan hipovolemi. Pasien rentan pada kelebihan   beban volume intravaskular selama periode pemulihan bila perpindahan cairan   dari kompartemen interstitial pada kompartemen intravaskuler. Temuan-temuan guaiak positif   ennandakan adanya perdarahan GI. Perdarahan GI menandakan adaya stres ulkus   (Curling’s). Mencegah perdarahan GI. Luka   bakar luas mencetuskan pasien pada ulkus stres yang disebabkan peningkatan   sekresi hormon-hormon adrenal dan asam HCl oleh lambung.  |  
|    Resiko kerusakan pertukaran gas   berhubungan dengan cedera   inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar   sirkumfisial dari dada atau leher.  |      Pasien dapat mendemonstrasikan   oksigenasi adekuat. Kriteroia evaluasi: RR 12-24   x/mnt, warna kulit normal, GDA dalam renatng normal, bunyi nafas bersih, tak   ada kesulitan bernafas.  |      Pantau laporan GDA dan kadar   karbon monoksida serum. Beriakan suplemen oksigen pada   tingkat yang ditentukan. Pasang atau bantu dengan selang endotrakeal dan   temaptkan pasien pada ventilator mekanis sesuai pesanan bila terjadi   insufisiensi pernafasan (dibuktikan dnegna hipoksia, hiperkapnia, rales,   takipnea dan perubahan sensorium). Anjurkan pernafasan dalam   dengan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam selama tirah baring. Pertahankan posisi semi fowler,   bila hipotensi tak ada. Untuk luka bakar sekitar   torakal, beritahu dokter bila terjadi dispnea disertai dengan takipnea. Siapkan pasien untuk pembedahan   eskarotomi sesuai pesanan.  |      Mengidentifikasi kemajuan dan   penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Inhalasi asap dapat merusak alveoli,   mempengaruhi pertukaran gas pada membran kapiler alveoli. Suplemen oksigen meningkatkan   jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan. Ventilasi mekanik diperlukan   untuk pernafasan dukungan sampai pasie dapat dilakukan secara mandiri. Pernafasan dalam mengembangkan   alveoli, menurunkan resiko atelektasis. Memudahkan ventilasi dengan   menurunkan tekanan abdomen terhadap diafragma. Luka bakar sekitar torakal   dapat membatasi ekspansi adda. Mengupas kulit (eskarotomi) memungkinkan ekspansi   dada.  |  
|    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer   tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat;   penurunan Hb, penekanan respons inflamasi  |      Pasien bebas dari infeksi. Kriteria evaluasi: tak ada   demam, pembentukan jaringan granulasi baik.  |      Pantau: -        Penampilan luka bakar (area luka   bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bial tandur kulit   dilakukan) setiap 8 jam. -        Suhu setiap 4 jam. -        Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap   kali makan. Bersihkan area luka bakar   setiap hari dan lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen) sesuai pesanan.   Berikan mandi kolam sesuai pesanan, implementasikan perawatan yang ditentukan   untuk sisi donor, yang dapat ditutup dengan balutan vaseline atau op site. Lepaskan krim lama dari luka   sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril dan beriakn krim   antibiotika topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari.   Berikan krim secara menyeluruh di atas luka. Beritahu dokter bila demam   drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi donor atau balutan   sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan berikan antibiotika IV sesuai   ketentuan. Tempatkan pasien pada ruangan   khusus dan lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas yang mengenai area luas   tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien.   Gunakan skort steril, sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila   memberikan perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisis pada ruangan   pasien untuk menghilangkan kebosanan. Bila riwayat imunisasi tak   adekuat, berikan globulin imun tetanus manusia (hyper-tet) sesuai pesanan. Mulai rujukan pada ahli diet,   beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen nutrisi seperti   ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang   dari 50%. Anjurkan NPT atau makanan enteral bial pasien tak dapat makan per   oral.  |      Mengidentifikasi   indikasi-indikasi kemajuan atau penyimapngan dari hasil yang diharapkan. Pembersihan dan pelepasan jaringan   nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi. Antimikroba topikal membantu   mencegah infeksi. Mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien dari infeksi.   Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan baketri. Temuan-temuan ini mennadakan   infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi patogen penyebab sehingga terapi   antibiotika yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan siis tandur hanya   diganti setiap 5-10 hari, sisi ini memberiakn media kultur untuk pertumbuhan   bakteri. Kulit adalah lapisan pertama   tubuh untuk pertahanan terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan   perlindungan lainmelindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai   rangsang ekstrenal dan kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan. Melindungi terhadap tetanus. Ahli diet adalah spesialis   nutrisi yang dapat mengevaluasi paling baik status nutrisi pasien dan   merencanakan diet untuk emmenuhi kebuuthan nutrisi penderita. Nutrisi adekuat memabntu   penyembuhan luka dan memenuhi kebutuhan energi.  |  
|    Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manipulasi jaringan cidera contoh   debridemen luka.  |      Pasien dapat mendemonstrasikan   hilang dari ketidaknyamanan. Kriteria evaluasi: menyangkal   nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.  |      Berikan anlgesik narkotik yang   diresepkan prn dan sedikitnya 30 menit sebelum prosedur perawatan luka.   Evaluasi keefektifannya. Anjurkan analgesik IV bila luka bakar luas. Pertahankan pintu kamar   tertutup, tingkatkan suhu ruangan dan berikan selimut ekstra untuk memberikan   kehangatan. Berikan ayunan di atas temapt   tidur bila diperlukan. Bantu dengan pengubahan posisi   setiap 2 jam bila diperlukan. Dapatkan bantuan tambahan sesuai kebutuhan,   khususnya bila pasien tak dapat membantu membalikkan badan sendiri.  |      Analgesik narkotik diperlukan   utnuk memblok jaras nyeri dengan nyeri berat. Absorpsi obat IM buruk pada   pasien dengan luka bakar luas yang disebabkan oleh perpindahan interstitial   berkenaan dnegan peningkatan permeabilitas kapiler. Panas dan air hilang melalui   jaringan luka bakar, menyebabkan hipoetrmia. Tindakan eksternal ini membantu   menghemat kehilangan panas. Menururnkan neyri dengan   mempertahankan berat badan jauh dari linen temapat tidur terhadap luka dan   menuurnkan pemajanan ujung saraf pada aliran udara. Menghilangkan tekanan pada   tonjolan tulang dependen. Dukungan adekuat pada luka bakar selama gerakan   membantu meinimalkan ketidaknyamanan.  |  
|    Resiko tinggi kerusakan perfusi   jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena,   contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan edema.  |      Pasien menunjukkan sirkulasi   tetap adekuat. Kriteria evaluasi: warna kulit   normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer dapat diraba.  |      Untuk luka bakar yang mengitari   ekstermitas atau luka bakar listrik, pantau status neurovaskular dari   ekstermitas setaip 2 jam. Pertahankan ekstermitas bengkak ditinggikan. Beritahu dokter dengan segera   bila terjadi nadi berkurang, pengisian kapiler buruk, atau penurunan sensasi.   Siapkan untuk   pembedahan eskarotomi sesuai pesanan.  |      Mengidentifikasi   indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Meningkatkan aliran balik vena   dan menurunkan pembengkakan. Temuan-temuan ini menandakan   keruskana sirkualsi distal. Dokter dapat mengkaji tekanan jaringan untuk   emnentukan kebutuhan terhadap intervensi bedah. Eskarotomi (mengikis pada   eskar) atau fasiotomi mungkin diperlukan untuk memperbaiki sirkulasi adekuat.  |  
|    Kerusakan integritas kulit b/d   kerusakan permukaan kulit sekunder destruksi lapisan kulit.  |      Memumjukkan regenerasi jaringan Kriteria hasil: Mencapai   penyembuhan tepat waktu pada area luka bakar.  |      Kaji/catat ukuran, warna,   kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka. Lakukan perawatan luka bakar   yang tepat dan tindakan kontrol infeksi. Pertahankan penutupan luka   sesuai indikasi. Tinggikan area graft bila   mungkin/tepat. Pertahankan posisi yang diinginkan dan imobilisasi area bila   diindikasikan. Pertahankan balutan diatas area   graft baru dan/atau sisi donor sesuai indikasi. Cuci sisi dengan sabun ringan,   cuci, dan minyaki dengan krim, beberapa waktu dalam sehari, setelah balutan   dilepas dan penyembuhan selesai. Lakukan program kolaborasi : - Siapkan / bantu prosedur   bedah/balutan biologis.  |      Memberikan informasi dasar   tentang kebutuhan penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi   pada aera graft. Menyiapkan jaringan untuk   penanaman dan menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit. Kain nilon/membran silikon   mengandung kolagen porcine peptida yang melekat pada permukaan luka sampai   lepasnya atau mengelupas secara spontan kulit repitelisasi. Menurunkan pembengkakan   /membatasi resiko pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah graft dapat mengubah   posisi yang mempengaruhi penyembuhan optimal. Area mungkin ditutupi oleh   bahan dengan permukaan tembus pandang tak reaktif. Kulit graft baru dan sisi donor   yang sembuh memerlukan perawatan khusus untuk mempertahankan kelenturan. Graft kulit diambil dari kulit   orang itu sendiri/orang lain untuk penutupan sementara pada luka bakar luas   sampai kulit orang itu siap ditanam.  |  
Daftar pustaka
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 – 1328.
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 752 – 779.
Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2 (terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga  University Press. Surabaya.
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.
Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A Nursing Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal. 357 – 401.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku KedokteranEGC. Jakarta.
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis. Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar