Rabu, 06 Juni 2012

Asuhan Keperawatan VENA VARIKOSA

1. Pengertian

Varises adalah pemanjangan, berkelok-kelok dan pembesaran suatu vena. Vena varikosa ekstremitas bawah adalah kelainan yang sangat lazim, yang mengenai 15-20 % populasi dewasa (Sabiston 1994). Varises vena adalah distensi, dan bentuk berlekuk-lekuk dari vena-vena superficial (safena) dari kaki (Engram B., 1999). Varises tungkai bawah adalah pemanjangan, berkelok-kelok, pembesaran suatu vena superficial, profunda dan kommmunikan pada titik Dodd (pertengahan paha), Byod (sebelah medial lutut) dan gastronemicus (tempat keluarnya vana saphena parva)

2. Insiden

  1. Riwayat keluarga bisa didapatkan dalam sekitar 15% klien.
  2. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita (rasio wanita terhadap pria 5:1), dengan banyak wanita menentukan bahwa saat mulainya varices terlihat dan simtomatik pada waktu kehamilan.
  3. Umur > 37 tahun pada wanita
  4. Obesitas > 115% dari BBR (Berat Badan Relatif)
  5. Orthostatik (berdiri lama)

3. Klasifikasi

Vena varikosa diklasifikasikan (Sabiston 1994):

  1. Vena varikosa primer, merupakan kelainan tersendiri vena superficial ekstremitas bawah
  2. Vena varikosa sekunder, merupakan manifestasi insufisiensi vena profunda dan disertai dengan beberapa stigmata insufisiensi vena kronis, mencakp edema, perubahan kulit, dermatitis stasis dan ulserasi.

Manifestasi klilnis (Puruhito, 1995) :

  1. varises truncal (stem varicosis)
  2. Varises retikularis
  3. Varises kapilaris

Gradasi keluhan klinis (Puruhito, 1995) :

a. stadium I : tak menentu

b. stadium II : phleboectasia

c. Stadium III : varises sesungguhnya, reversal blood-flow

d. Stadium IV : ulcus varicosum, kelainan tropic, Kronik vanous Insufisiensi (CVI)

1. Pemeriksaan klinis (diagnostic)

Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan :

  1. Test trendelenberg
  2. Test myer
  3. Test perthes
  4. Test Doppler
  5. Radiologi (Phlebografi, morfometri, phlethysmografi)

2. Terapi Dan Tindakan

6.1 Konservatif, simtomatik dan nonoperatif :

  1. Menghindari berdiri dalam waktu yang lama
  2. penurunan berat badan dan aktivitas otot seperti berjalan
  3. Penggunaan kaos penyokong ringan yang nyaman, Pemasangan stocking elastis yang pas karena obliterasi vena superficial (vena safena mmana)
  4. KOnservatif :

a. Obat Venoruton (Gol hydroxyl Rutoside) 600 mg/hari minimal 2 minggu

b. Skleroterapi (tak dipakai lagi)

c. Lokal antiphlogistikum (Zinc Zalf (Pasta LAssar)

6.2 Operatif :

Terapi bedah :

  1. Stripping vena saphena (V. shapena magna, v. saphena psotrior, dan v, saphena parva) dengan menggunakan alat stripper (vena dikeluarkan)
  2. Ligasi VV kommunikans yaitu tempat-tempat di mana diperiksa ada kebocoran, diikat dan dipotong.
  3. Ekstraksi (Babcock) dengan sayatan kecil-kecil vena-vena yang berkelok dicabut keluar.Ligasi, Stripping dan Ekstraski Babcock.

6.3 KOmbinasi

3. Komplikasi

Komplikasi mencakup :

Trauma pada nervus safenus dan suralis dengan diserta hiperestesia kulit

Pembentukan hematoma subkutis dan kadang-kadang stripiing arteri tak sengaja

4. Perawatan paska bedah

Ekstremitas harus ditinggikan selama 4-6 jam

Balutan penekan dipasang di kamar operasi seharisnya tetap dipakai selama 4-6 hari, dengan menggunakan balutan elastis (Balutan ACE)

24-48 jam paska bedah program ambulasi progresif seharusnya dimulai

KLien diijinkan berjalan beberpa menitper jam, meningkat bertahap tiap hari dan tetap terlentang dengan ekstremitas ditinggikan, bila sedang berjalan. Berdiri (tanpa jalan) dan duduk harus dihindari serta

stocking (stocking antiembolism) yang sesuai dengan kebiasaan harus dipakai delama beberapa bulan


ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM VASKULER (VENA VARIKOSA)

II. Pengkajian Preoperasi

Pengkajian focus preoperative meliputi :

a. Identitas

Kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita (rasio wanita terhadap pria 5:1), dengan banyak wanita menentukan bahwa saat mulainya varices terlihat dan simtomatik pada waktu kehamilan.

b. Alasan masuk rumah sakit

Kosmetik, gejala simtomatik lainnya seperti : kelelahan dan sensasi berat, kram, nyeri , odema, Perdarahan spontan/akibat trauma dan Hiperpigmentasi

c. Riwayat penyakit

Profokatif, pemanjangan, berkelok-kelok dan pembesaran suatu vena

KUlaitatif, kuantitatif, semakin berat

Regio ekstremitas bawah (kedua kaki)

Severity, sakitnya mengganggu kosmetik dan aktivitas sehari-hari (kelelahan dan sensasi berat, kram, nyeri , odema)

Time, semakin hari semakin berat dan bertambah besar

d. Riwayat atau factor-faktor resiko :

1. kelemahan congenital/tidak adanya katup

2. Pekerjaan yang nmengharuskan berdiri/duduk dalam waktu lama tanpa kontrasi otot intermettentrauma langsung ke katup vena perforantes

3. kehamilan atau kelainan hormonal

4. riwayat keluarga dengan varises vena

e. pemenuhan pola kebutuhan sehari-hari :

1. Persepsi

Perawat bertanggung jawab untuk menentukan pemahaman klien tentang infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi), yang kemudian diberitahukan kepada ahli bedah apaakah diperlukan informasi lebih banyak (Informed consent). Pengalaman pembedahan masa lalu dapat meningkatkan kenyamanan fisik dan psikis serta mencegah komplikasi.

2. Status nutrisi

Secara langsung mempengaruhi respon pada trauma pembedahan dan anestesi. Sebelumnya perlu masukan karbohidrat dan protein untuk keseimbangan nitrogen negative. Puasa perlu dipersiapkan 8 jam sebelum operasi.

3. Status cairan dan elektrolit

Klien dengan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit cendrung mengalami komplikasi syok, hipotensi, hipoksia dan distritmia baik intraoperasi dan paska operasi.

4. Status emosi

Respon klien, keluarga dan orang terdekat pada tindakan pembedahan tergantung pengalaman masa lalu, strategi koping, system pendukung dan tingkat pembedahan. Kebanyakan klien yang mengantisipasi mengalami pembedahan dengan anssietas dan ketakutan.Ketidakpastian prosedur pembedahan menimbulkan ansietas, nyeri, insisi dan imobilisasi.

f. Pemeriksaan fisik

Status lokalis :

1. Dilatasi, lekuk-lekuk vena superfisialis pada kaki

2. Keluhan sakit dangkal, kelelahan, kram, dan kaki berat, khsusnya setelah berdiri lama

3. pigmentasi kecoklatan pada kulit

4. bengkak, yang secara umum berkurang dengan peninggian tungkai

g. Pemeriksaan diagnostik

1. Venogram menunjukkan lokasi pasti dari varises kedua vena superficial dan dalam.

2. Test perfthes (klien berdiri sampai vena varikosa tampak dan digambar)

h. Diagnosa keperawatan

1. Praoperasi :

- Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalam tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),

2. Inoperasi :

- Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek sekunder dari ligasi dan pemotongan vena

- Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan dengan efeks sekunder ligasi dan pemotongan vena

3. Paskaoperasi :

- Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan skeresi sekunder intubasi

- NYeri berhubungan dengan sekunder terhadap erauma pada jaringan dan saraf

II. perencanaan

1. Praoperasi :

- Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalaman tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),

Tujuan : Cemas berkurang

Kriteria :

- KLien dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya

- Klien tenang dan tidak gelisah

INTERVENSI

RASIONAL

1. Ciptakan saling percaya

2. Dorong pengungkapan masalah atau rasa cemas

3. jawab pertanyaan yang berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan dan perawatan medis

4. Selesaikan persiapan pasien sebelum masuk ke kamar operasi

5. meminimalkan keributan di lingkungan

6. Orientasikan pada ruang operasi (ulangi informasi untuk memungkinkan penyerapan)

7. Pemantauan psikologis klien

8. Tunjukkan perhatian dan sikap mendukung

9. Beri penjelasan singkat tentang prosedur operasi

10. Beri reinforcement terhadap pernyataan yang positif dan mendukung

1. Dasar untuk menemukan dan pemcehan masalah.

2. Perasaan cemas yang diungkapakan pada orang yang dipercaya akan memberikan dampak lega dan merasa aman.

3. Pertanyaan yang dijawab dan dimengerti akan mengurangi rasa cemasnya.

4. Persiapan yang matang dapat menengkan suasana lingkungan sebelum operasi.

5. Lingkungan rebut memuat stress.

6. Lingkungan yang dimengerti akan mendorong kenyamanan dan keamanan klien.

7. Tingkat kecemasan intoleran akan mengganggu pelaksanaan operasi dan anestesi.

8. Support system meningkatkan mekanisme koping klien dalam menghadapi masalah.

9. Penjelasan tentang informaasi seputar bedah memberikan informasi yang positif dan pengalaman persiapan diri dalam pembedahan.

10. Reinforcement meberikan dorongan system social untuk meningkatan koping mekanisme.

4. Intraoperasi :

- Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek sekunder dari ligasi dan pemotongan vena

Tujuan : Perfusi jaringan normal/baik

Kriteria :

- Penurunan edema

- Ekstremitas hangat

- Nadi pedalis dapat diraba

INTERVENSI

RASIONAL

1. Pantau status neurovaskuler setiap 15 menit

2. Observasi tanda-tanda vital

3. Balance cairan

4. pantau saturasi oksigen pada jaringan perifer

1. Pencatatan perdarahan selama operasi < 250 cc, pulsasi nadi pedalis merupakan data pendukung tentang perfusi jaringan masih baik.

2. Salah satu tanda penurunan pefusi jairngan menurun adalah tensi menurun, suhu akral dingin dan nadi meningkat.

3. CAiran masuk dan perdarahan serta output lainnya perlu diperhiutngkan untuk memenuhi kebutuhan balance cairan

4. Saturasi oksiegen > 95% menunjukkan perfusi jaringan perifer masih baik.

- Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan dengan efeks sekunder ligasi dan pemotongan vena

Tujuan : infeksi tidak terjadi

- perdarahan dirawat

- lapangan operasi bersih

INTERVENSI

RASIONAL

1. Persiapan operasi secara seaseptik dan antiseptic

2. DAsar doek operasi dilandasi dengan perlak, plastic atau bahan lain yang kedap air

3. Perwatan darah (kasa steril/penyedot cairan atau darah)

4. Tambahkan doek diatas doek yang penuh dengan perdarahan

1. Aseptik merupakan cara untuk membuat ruang antikontminasi. Dan alat-alat bersih dan tak terkontaminasi, sehingga pajangan infeksi minimal.

2. Darah dan rembsean darah merupakan media yang paling baik dalam perkembangan kuman atau bakteri

3. Darah bekas insisi, lligasi dibersihkan untuk mencegah perdarahan yang tercecer, tromboplebitis.

4. Penambahan doek untuk mencegah infeksi atau kontaminasi.

5. Paskaoperasi :

- Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan skeresi sekunder intubasi

Tujuan : tidak terjadi aspirasi

Kriteria :

- Jalan nafas lancar

- Tidak ada tanda-tanda syok

- Sekresi tidak ada

- Tanda-tanda vital normal (tensi 130/80, nadi 88 kali/menit, RR 16-20 kali/menit)

INTERVENSI

RASIONAL

1. Atur posisi klien tanpa bantal, ekstensi dan miring kanan/kiri

2. Kaji ekstubasi jalan nafas dan aspirasi (muntahan atau lidakh tertekuk)

3. Observasi Tanda-tanda vital

4. Bersihkan jalan nafas dengan slem suction

5. Oritentasi klien dengan menggunakan observasi aldert.

  1. Poisis ini untuk meluruskan jalan nafas sehingga pemenuhan akan oksigen terpenuhi dan jalan nafas bersih dan lancer
  2. Lidah tertekuk dan muntahan dapat menghambat/membuntui jalan nafas.
  3. Hipotensi, dyspneu dan apneu merupakan tanda terjadinya syok.
  4. Jalan nafas yang penuh dengan secret peru dihilangkan untuk jalan nafas spontan paska ekstubasi.
  5. Tingkat perkembangan paska anestesi dapat dilihat dari aktivitas, kesadaran, warna,

- Nyeri berhubungan dengan sekunder terhadap trauma pada jaringan dan saraf bekas operasi stripping

Tujuan : nyeri berkurang

Kriteria :

- Klien tenang dan tidak menyeringai

- Klien mengerti factor penyebabnya seperti yang telah dijelaskan pada preoperasi

INTERVENSI

RASIONAL

  1. Kaji jtingkat nyeri
  1. Atur posisi yang baik dan mengenakkan
  1. Anjurkan klien nafas panjang dan dalam
  1. Observasi luka paskaoperasi
  1. Terapi analgetik
  1. NYeri dapat diantisipasi klien secara individualisme dan penanganan yan berbeda
  2. Posisi kaki lebih tinggi dari badan 30o dapat mengurangi peningkatan penekanan pada jaringan yang rusak sehingga mengurangi nyeri.
  3. Nafas panjang dan dalam merelaksasi otot yang dioperasi dan terimobilisasi sehingga nyeri berkurang
  4. Perhatikan stuwing yang meningkat menghambat suplai oksigen sehingga nyeri bertambah.
  5. Analgetik merupakan obat anti nyeri yang bekerja secara sentral atau perifer/local.

III. Implementasi

Tindakan yang diberikan pada klien preoperasi, intraoperasi dan paska operasi berbeda-beda sesuai tingkat pengalaman pembedahan masa lalu, umur, jenis operasi serta koping mekanismenya, sehingga dalam penanganannya dari segi perawatan perlu dimodifikasi sesuai dengan masalah dan sumber pendukung dan pemecahan masalah.

IV. Evaluasi

Evaluasi ini dalam jangka waktu pendek yang dalam penanganannya dapat berupa masalah :

  1. dapat diatasi
  2. Dapat diatasi sebagian
  3. Tidak dapat diatasi/tidak berhasil

DAFTAR PUSTAKA

Carpenitto. LJ, 2001,. Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan, pedoman unutuk Perencanaan dan Pendokumentasian Keperawatan EGC. Jakarta

Doengoes, Marlyn E Et.al. 2000. Diagnostik. EGC. Jakarta

Donna, 1995. Medical Surgical Nursing. WB Saunders

Engram B. 1999. RencanaASUhan KEperawatan Medikal BEdah, EGC. Jakarta.

Long.C,B, 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu pendekatan Proses Keperawatan vol. 3. IAPK. BAndung

Mansjoer A. 1999. Kapita Slekta Jilid 2. FKUI. Jakarta

Purohito.------.Beberapa ASpek dari Varises Tungkai dan cara-cara Pengobatannya. FKUA. Surabaya – Indonesia

Sabiston, 1994. Buku Ajar Bedah Bagian 2. EGC. Jakarta

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Newer Post Older Post ►