Konsep Dasar
A. Pengertian
Asma adalah suatu penyakit dan sistem pernafasan yang meliputi peradangan dari jalan nafas dan gejala-gejala bronkospasme yang bersifat reversible (Antoni Crocket, 1997).
Asma didefinisikan sebagai penurunan fungsi paru dan hiperres ponsivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsang (Lynda Jual Carpenito).
Asma bronchiale adalah suatu penyakit saluran alergi sehingga menyebabkan gangguan pernafasan seperti sesak nafas, yang disertai dengan nafas berbunyi mengi (Whezing).
B. Faktor Presipitasi
- Alergen utama debu debu rumah, spora, jamur dan tepung sari rerumputan
- Iritan seperti asap, bau-bauan, polutan
- Infeksi saluran nafas terutama yang disebabkan oleh virus
- Perubahan cuaca yang ekstrim
- Kegiatan jasmani yang berlebihan
- Lingkungan kerja
- Obat-obatan dan emosi
C. Klasifikasi
Secara etiologis asma bronchiale di bagi dalam 3 tipe :
1. Asma bronchiale tipe nonatopi (intrinsik)
Pada golongan ini, keluhan tidak ada hubungannya dengan dengan paparan terhadap alergen dan sifat-sifat adalah
- Serangan timbul setelah dewasa
- Pada keluarga tidak ada yang menderita asma
- Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan
- Perubahan cuaca / lingkungan yang nono spesifik merupakan keadaan yang peka bagi penderita.
- Asma bronkial hipe atopi (ekstrinsik)
Pada golongan ini ada keluhan yang berhubungan dengan paparan terhadap alergen lingkungan yang spesifik, kepekaan ini biasanya dapat ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronchial pada tipe-tipe yang mempunyai sifat-sifat :
- Timbul sejak anak-anak
- Pada keluarga ada yang menderita asma
- Sering menderita rinitis
- Asma Bronchiale campuran
Pada keadaan ini, keluhan diperberat baik oleh faktor ekstrensik dan intrinsit
D. Patofisiologi
Kelainan utama dari asma diduga disebabkan karena adanya hipersensitivitas dari cabng-cabang bronkus. Pada individu yang retan, lapisan dan cabang-cabang bronkial tersebut akan menjadi lebih sensitif terhadap rangsangan yang diberikan kepadanya. Kerentanandari individu kemungkinan diturunkan secara genetik, munculnya kerentanan disebabkan oleh adanya perubahan terhadap rangsangan yang berlebih-lebihan dengan faktor lingkungan tertentu, seperti penerapan bahan alergen / iritan.
Apapun pencetusnya mekanisme yang terjadi adalah sama saja bronkokontriksi yang terjadi kemungkinan sebagai suatu reaksi perlindungan untuk membatasi instalasi alergen / iritasi yang lebih lanjut, bila hal ini berlangsung terus maka lapisan jalan akan tersentifisasi terutama pada bronkus berukuran sedang dan bronkiolus sehingga mengalami peradangan dan edematosus. Pada asma atopik keadaan ini disebabkan oleh alergen spesifik yang terkait dengan antibodi-antibodi spesifik sehingga menyebabkan pelepasan dari berbagai macam hormon lokal dan zat mediator. Pada semua kasus adanya peradangan dapat ditandai dengan edema dari selaput lendir bronkial dan peningkatan ekskresi. Hal ini dapat meningkatkan intabilitas dari obat-obat polos bronkial.
E. Manifestasi klinis
- Tachikardi - Mengi / Whezing
- Tachipnea - Pernafasan pendek
- Batuk - Rasa sesak didada
- Serangan biasanya menghilang dalam 30 – 60 menit
- Spuhim dalam bentuk kental dan jumlah banyak
- Kelelahan terjadi setelah serangan
- Diaphoresis
- Kontraksi yan kaku dari bronkhiolus
- Penurunan kecepatan ekspirasi maksimal dan volume ekspirasi
- Kapasitas residu fungsional dan volume residu sangat tinggi selama serangan asama.
- Oto polos bronkhiolus megalami atrofi
- Skintest alergen
- Batuk yang paroksismal terutama pada malam hari berlangsung 10 – 14 hari
- Sianosis
- Tekanan darah meningkat
F. Pemeriksaan Penunjang
· Pemeriksaan test kulit → untuk menunjukkan adanya alergi dan adanya antibodi kadar Ig E yang spesifik dalam tubuh.
· Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E serum → untuk menyokong adanya penyakit atopi
· Pemeriksaan analisa gas darah → dilakukan dengan pasien asma berat
· Pemeriksaan eosinofil damal darah → jumlah eosinofil total dalam darah sering meningkat
· Pemeriksaan sputum → untuk menilai adanya misellium aspergius fumigatus
· Radiologi → dilakukan apabila dan kecurigaan terhadap proses patologik dipar
G. Penatalaksanaan
1. Pegobatan Medika Mentosa
§ Waktu serangan
- Bronkodilator - korkhosteroid - ekspektoransia
- antihistamin - antibiotika
§ Diluar serangan
- disodium chomoglycate (DSCG)
- ketotijen
- Pengobatan non Medika Mentosa
Waktu serangan
- Pemberian O2 - Pastural drainase
- Pemberian cairan - Menghindari paparan alergen
Diluar serangan
- Pendidikan
- Immunoteraphy/desensitasi
- Pelayanan / kontrol emosi
Tujuan pelaksanaan terapi asma
1. Menyembuhkan dan menendalikan gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankan
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal
5. Menghindari efek samping obat asma
6. Mencegah obstruksif jalan nafas yang irreversible
Terapi awal :
1. O2 4-6 liter/menit
2. Agonis B2
3. Amnofium bolus IV 5 – 6 mg
4. Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200 mg IV
Terapi asmak kronik
1. Asma ringan : agnosis B2 inhalasi
2. Asma sedang : anti inflamsi / hr dan agonis B2inhalasi bila perlu
3. asmaAberat : steroid inhalasi / hr B2 long acting, steroid sedang sehari/dosis tunggal harian dan agnosis B2inhalasi sesuai kebutuhan
Respon terapi awal baik didapatkan keadaan :
1. Respon menetap selama 60 menit setelah pengobatan
2. Pemeriksaan fisik normal
3. Arus puncak ekspirasi > 70 %
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
a. Masalah pernafasan yan pernah dialami
- Pernah mengalami perubahan pola pernafasa
- Pernah mengalami batuk dengan sputum
- Pernah mengalami myeri dada
- Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala diatas
b. Riwayat penyakit pernafasan
- Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TBC
- Bagaimana frekuensi setiap kejadian ?
c. Riwayat Kardiovaskuler
- Pernah mengalami penyakit jantung atau peredarah darah
d. Gaya hidup
- Merokok, keluarga perokok, lingkungan kerja dengan perokok
2. Pemeriksaan Fisik
a. Mata
- Konjungtiva pucat (karena anemia)
- Konjugtiva sianosis (karena hipoksernia)
- Kunjungtiva terdapat pethechia (karena kembali lemak atau andokardhitis)
b. Kulit
- Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah perifer)
- Sianosis secara umum (hiposekmia) - Edema
- Penurunan turgor (dehidrasi) - Edema periorbital
c. Jari dan Kuku
- Sianosis - Clubbing finger
d. Mulut dan Bibir
- Membran mukosa sianosis
- Bernafas dengan mengerutkan mulut
e. Hidung
- Pernafasan dengan cuping hidung
f. Vena Leher
- Adanya distensi / bendungan
g. Dada
- Retraksi oto bantu pernafasan (karena peningkatan aktivitas pernafasan, dispnea atau obstruksi jalan pernafasan)
- Pergerakan tidak simetris antara dada kanan dan dada kiri
- Taktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara / suara melewati saluran / rongga pernafasan)
- Suara nafas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
- Bunyi perkusi (resonan, hyperesonan, dullness)
h. Pola Pernafasan
- Eupnea (pernafasan normal)
- Tacypnea (pernafasan cepat)
- Bradypnea (pernafasan lambat)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes untuk menentukan keadekuatan sistem konduksi, jantung
- EKG
- Exercise stress test
b. Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah
- Echocardiography - Angiografi
- Katerisasi jantung
c. Tes untuk mengukur ventilasi dan oksegenasi
- Tes fungsi paru-paru dengan spirometri - Oksimetri
- Tes astrup - Pemeriksaan darah lengkap
d. Melihat struktur sistem pernafasan
- X-Ray thoraks - CT Scan paru
- Bronchoskopi
e. Menentukan sel abnormal / injeksi sistem pernafasan
- Kultur apus tenggorok
- Sitologi
- Spesimen sputum (BTA)
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa timbul pada kasus asma bronchiale adalah sebagai berikut :
1. Tidak efektifnya pola pernafasan berhubungan dengan penyemopitan pada daerah bronchus ditandai dengan dispnea PR > 28 x/menit, pasien gelisah dan lelah, cynosis, ekluar keringat dingin, adanya ronchi, wheezing, crackles, takicardi, tekanan darah meningkat
Rencana tujuan :
Jalan nafas kembali normal dengan kriteria sesak nafas berkurang dengan frekuensi pernafasan 16 – 20 x/menit tak sianosis, tidak ada ronchi, tidak ada wheezing, tidak arakles.
Rencana tindakan :
- Observasi tanda-tanda vital - Ajarkan batuk efektif
- Atur posisi tidur semi fowler - Kolaborasi dengan dokter
- Monitor warna dan perubahan mukosa membran
- Ajarkan nafas dalam
- Awasi adanya penurunan tingkat kesadaran
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anorexia dengan mual dan tidak ada nafsu makan, pasienh merasa lemah dan porsi makan tidak pernah habis.
Rencana tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda. Kurang nutrisi, porsi makan yang disediakan habis, nafsu makan meningkat / panik.
Rencana tindakan :
- Kaji tanda-tanda vital dan tanda-tanda kekurangan nutrisi
- Anjurkan makan sedikit tapi sering
- Sajikan makanan selagi hangat
- Monitor masukan cairan infus
- Libatkan keluarga dalam motivasi pemberian makanan
- Kolaborasi dengan dokter untk mendapatkan terapi
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknormalan status fisiologi (sesak nafas) ditandai dengan pasien sesak nafas, mata merah dan terlihat kehitam-hitaman disekitar kelopak mata.
Rencan tujuan :
Pola tidur dapat kembali normal dengan kreteria pasien dapat tidur siang ± 2 jam dan tidur malam 6 – 8 jam pasien segar dan tidak sesak nafas.
Rencana tindakan :
- Kaji tentang pola tidur klien
- Atur posisi tidur senyaman mungkin
- Bersihkan dan rapikan tempat tidur pasien
- Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman
- Beri motivasi klien untuk dapat beristirahat
4. Resti Defisit volume cairan dengan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebih ditandai dengan : muntah-muntah, keluar keringat dingin, nadi cepat dan kecil.
Rencana tujuan :
Kekurangan cairan tidak terjadi dengan kriteria tanda-tanda dehidrasi tida kada, intke 2.000 – 3.000 cc/hari dan out put 1.500 cc/hari.
Rencana tindakan :
- Kaji tanda-tanda dehidrasi
- Observasi tanda-tanda vital
- Anjurkan banyak minum
- Ukur intake dan output cairan
- Motivasi klien dalam pemenuhan kebutuhan cairan
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
Daftar Pustaka
Antony Crocbett, Penanganan Asma Dalam Primer, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta 1997.
Soeparman, Sarwono Wasdapaji, Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, balai penerbit FKUI, Jakarta 1998.
M. Amin, Hood Alsagar, Ilmu Penyakit Paru, Penerbit Air Langga University Press 1993.
Tarwota, Wartonah, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Penerbit Salemba Medika.
0 komentar:
Posting Komentar